disi 14: Kekuatan Maaf
Seorang lelaki Arab bernama Tsumamah bin Itsal dari
Kabilah Al Yamamah pergi ke Madinah dengan tujuan hendak membunuh Nabi
Shalallahu alaihi wa sallam. Segala persiapan telah matang, persenjataan sudah
disandangnya, dan ia pun sudah masuk ke kota suci tempat Rasulullah tinggal
itu. Dengan semangat meluap-luap ia mencari majlis Rasulullah, langsung
didatanginya untuk melaksanakan maksud tujuannya. Tatkala Tsumamah datang, Umar
bin Khattab ra. yang melihat gelagat buruk pada penampilannya menghadang. Umar
bertanya, "Apa tujuan kedatanganmu ke Madinah? Bukankah engkau seorang
musyrik?"
Dengan terang-terangan Tsumamah menjawab, "Aku datang ke negri ini
hanya untuk membunuh Muhammad!".
Mendengar ucapannya, dengan sigap Umar langsung memberangusnya. Tsumamah tak
sanggup melawan Umar yang perkasa, ia tak mampu mengadakan perlawanan. Umar
berhasil merampas senjatanya dan mengikat tangannya kemudian dibawa ke masjid.
Setelah mengikat Tsumamah di salah satu tiang masjid Umar segera melaporkan
kejadian ini pada Rasulullah.
Rasulullah segera keluar menemui orang yang bermaksud membunuhnya itu.
Setibanya di tempat pengikatannya, beliau mengamati wajah Tsumamah baik-baik,
kemudian berkata pada para sahabatnya, "Apakah ada di antara kalian yang
sudah memberinya makan?".
Para shahabat Rasul yang ada disitu tentu saja kaget dengan pertanyaan Nabi.
Umar yang sejak tadi menunggu perintah Rasulullah untuk membunuh orang ini
seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya dari Rasulullah. Maka Umar
memberanikan diri bertanya, "Makanan apa yang anda maksud wahai
Rasulullah? Orang ini datang ke sini ingin membunuh bukan ingin masuk
Islam!" Namun Rasulullah tidak menghiraukan sanggahan Umar. Beliau
berkata, "Tolong ambilkan segelas susu dari rumahku, dan buka tali pengikat
orang itu".
Walaupun merasa heran, Umar mematuhi perintah Rasulullah. Setelah
memberi minum Tsumamah, Rasulullah dengan sopan berkata kepadanya,
"Ucapkanlah Laa ilaha illa-Llah (Tiada ilah selain Allah)." Si
musyrik itu menjawab dengan ketus, "Aku tidak akan mengucapkannya!".
Rasulullah membujuk lagi, "Katakanlah, Aku bersaksi tiada ilah selain
Allah dan Muhammad itu Rasul Allah." Namun Tsumamah tetap berkata dengan
nada keras, "Aku tidak akan mengucapkannya!"
Para sahabat Rasul yang turut menyaksikan tentu saja menjadi geram terhadap
orang yang tak tahu untung itu. Tetapi Rasulullah malah membebaskan dan
menyuruhnya pergi. Tsumamah yang musyrik itu bangkit seolah-olah hendak pulang
ke negrinya. Tetapi belum berapa jauh dari masjid, dia kembali kepada
Rasulullah dengan wajah ramah berseri. Ia berkata, "Ya Rasulullah, aku
bersaksi tiada ilah selain Allah dan Muahammad Rasul Allah."
Rasulullah tersenyum dan bertanya, "Mengapa engkau tidak mengucapkannya
ketika aku memerintahkan kepadamu?" Tsumamah menjawab, "Aku tidak
mengucapkannya ketika masih belum kau bebaskan karena khawatir ada yang
menganggap aku masuk Islam karena takut kepadamu. Namun setelah engkau
bebaskan, aku masuk Islam semata-mata karena mengharap keredhaan Allah Robbul
Alamin."
Pada suatu kesempatan, Tsumamah bin Itsal berkata, "Ketika aku memasuki
kota Madinah, tiada yang lebih kubenci dari Muhammad. Tetapi setelah aku
meninggalkan kota itu, tiada seorang pun di muka bumi yang lebih kucintai
selain Muhammad Rasulullah."
Pembaca, apa yang bisa kita simpulkan dari kisah ini?
Apakah kita pengikut ajaran beliau?
Tapi Pernahkan kita memaafkan kesalahan orang? Pernahkah kita mencintai sesama?
kalau tidak, kita perlu menanyakan kembali ikrar kita yang pernah kita ucapkan
sebagai tanda kita pengkikut beliau...
Sungguh, beliau adalah contoh yang sempurna sebagai seorang manusia biasa.
beliau adalah Nabi terbesar, beliau juga adalah Suami yang sempurna, Bapak yang
sempurna, pimpinan yang sempurna, teman dan sahabat yang sempurna, tetangga
yang sempurna. maka tidak salah kalau Allah mengatakan bahwa Beliau adalah
teladan yang sempurna.
Semoga Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada beliau, junjungan dan
teladanku yang oleh Allah telah diciptakan sebagai contoh manusia yang
sempurna.
0 Komentar: