Edisi 7: Ada Apa Dengan Hati Kita
Saudaraku,
saat mobil mewah dan mulus yang kita miliki tergores, goresannya
bagai menyayat hati kita. Saat kita kehilangan handphone di tengah
jalan, separuh tubuh ini seperti hilang bersama barang kebanggaan
kita tersebut. Saat orang mengambil secara paksa uang kita, seolah
terampas semua harapan kita.
Tetapi saudaraku, tak sedikitpun keresahan dalam hati saat kita melakukan perbuatan yang melanggar perintah Allah. kita masih merasa tenang meski terlalu sering melalaikan sholat, kita masih berdiri tegak dan sombong meski tak sedikitpun infak dan shodaqoh tersisihkan dari harta kita,kita masih bisa memilih dan merasakan makanan enak sesuai dengan keingnan kita meski disekeliling kita masih banyak anak-anak yatim menangis menahan lapar. Kita masih menyempatkan diri membuka segala situs jejaring sosial dalam kesibukan tugas meski al-Qur’an kita tersimpan rapi di dalam almari hingga kusam dan berdebu. Saudaraku, ada apa dengan kita?
Saudaraku, kata-kata kotor dan dampratan seketika keluar tatkala sebuah mobil yang melaju kencang menciprati pakaian bersih kita. Enggan dan malu kita menggunakan pakaian yang terkena noda tinta meski setitik dan kita akan tanggalkan pakaian-pakaian yang robek, bolong dan menggantinya dengan yang baru.
Tetapi saudaraku, kita tak pernah ambil pusing dengan tumpukan dosa yang mengotori tubuh ini, kita tak pernah merasa malu berjalan meski wajah kita penuh noda kenistaan, kita pun tak pernah tahu bahwa titik-titik hitam terus menyerang hati ini hingga saatnya hati kita begitu pekat, dan kitapun tak pernah mencoba memperbaharuinya. Saudaraku, ada apa dengan kita?
Saudaraku, kita merasa tidak dihormati saat teguran dan sapaan kita tidak didengarkan, hati ini begitu sakit jika orang lain tidak mengindahkan panggilan kita, terkadang kita kecewa saat orang lain tidak mengenali kita meski kita seorang pejabat, pengusahan, kepala pemerintahan, tokoh masyarakat bahkan orang terpandang, kita sangat khawatir kalau-kalau orang membenci kita, dan berat rasanya saat orang-orang meninggalkan kita.
Tetapi juga saudaraku, tidak jarang kita abaikan nasihat orang, begitu sering kita tak mempedulikan panggilan adzan, tak bergetar hati ini saat lantunan ayat-ayat Allah terdengar ditelinga. Dengan segala kealpaan dan kekhilafan, kita tak pernah takut jika Allah Yang Maha Menguasai segalanya membenci kita dan memalingkan wajah-Nya, kita pun tak pernah mau tahu, Baginda Rasulullah mengenali kita atau tidak di Padang Masyhar nanti. Kita juga, tak peduli melihat diri ini jauh dari kumpulan orang-orang sholeh dan beriman.Bahkan terkadang kita merasa malu dengan identitas kita sebagai seorang muslim,Naudzubillah..
Tetapi saudaraku, tak sedikitpun keresahan dalam hati saat kita melakukan perbuatan yang melanggar perintah Allah. kita masih merasa tenang meski terlalu sering melalaikan sholat, kita masih berdiri tegak dan sombong meski tak sedikitpun infak dan shodaqoh tersisihkan dari harta kita,kita masih bisa memilih dan merasakan makanan enak sesuai dengan keingnan kita meski disekeliling kita masih banyak anak-anak yatim menangis menahan lapar. Kita masih menyempatkan diri membuka segala situs jejaring sosial dalam kesibukan tugas meski al-Qur’an kita tersimpan rapi di dalam almari hingga kusam dan berdebu. Saudaraku, ada apa dengan kita?
Saudaraku, kata-kata kotor dan dampratan seketika keluar tatkala sebuah mobil yang melaju kencang menciprati pakaian bersih kita. Enggan dan malu kita menggunakan pakaian yang terkena noda tinta meski setitik dan kita akan tanggalkan pakaian-pakaian yang robek, bolong dan menggantinya dengan yang baru.
Tetapi saudaraku, kita tak pernah ambil pusing dengan tumpukan dosa yang mengotori tubuh ini, kita tak pernah merasa malu berjalan meski wajah kita penuh noda kenistaan, kita pun tak pernah tahu bahwa titik-titik hitam terus menyerang hati ini hingga saatnya hati kita begitu pekat, dan kitapun tak pernah mencoba memperbaharuinya. Saudaraku, ada apa dengan kita?
Saudaraku, kita merasa tidak dihormati saat teguran dan sapaan kita tidak didengarkan, hati ini begitu sakit jika orang lain tidak mengindahkan panggilan kita, terkadang kita kecewa saat orang lain tidak mengenali kita meski kita seorang pejabat, pengusahan, kepala pemerintahan, tokoh masyarakat bahkan orang terpandang, kita sangat khawatir kalau-kalau orang membenci kita, dan berat rasanya saat orang-orang meninggalkan kita.
Tetapi juga saudaraku, tidak jarang kita abaikan nasihat orang, begitu sering kita tak mempedulikan panggilan adzan, tak bergetar hati ini saat lantunan ayat-ayat Allah terdengar ditelinga. Dengan segala kealpaan dan kekhilafan, kita tak pernah takut jika Allah Yang Maha Menguasai segalanya membenci kita dan memalingkan wajah-Nya, kita pun tak pernah mau tahu, Baginda Rasulullah mengenali kita atau tidak di Padang Masyhar nanti. Kita juga, tak peduli melihat diri ini jauh dari kumpulan orang-orang sholeh dan beriman.Bahkan terkadang kita merasa malu dengan identitas kita sebagai seorang muslim,Naudzubillah..
“Diantara
tanda-tanda hati yang mati, ialah tidak ada rasa sedih, apabila telah
kehilangan kesempatan untuk melakukan taat kepada Allah, tidak juga
menyesal atas perbuatan (kelalaian) yang telah
dilakukannya.”
Saudaraku, tanyakan dalam hati kita masing-masing, ada apa dengan kita? Wallahu a'lam bishshowaab.
Saudaraku, tanyakan dalam hati kita masing-masing, ada apa dengan kita? Wallahu a'lam bishshowaab.
sumber :
eramuslim
0 Komentar: